Senin, 19 November 2012

Hubungan power dalam penerapan politik Internasional


Analisis Hubungan Power dan Keberhasilan dan kegagalan dari aktor
                                                    Dalam politik internasional.     


Nama : Roy Marthen kuada ( 2009350750021)                             
Fisip  : Hub. Internasional

Relevansi antara power dengan politik Internasional  atau politik luar negeri suatu negara sangat penting dan perluh untuk diperhatikan, karena power dalam melakukan hubungan dengan negara lain merupakan faktor yang sangat mendukung untuk tercapainya suatu tujuaan ( National Interest ). Berbicara mengenai power berartih berbicara mengenai Realisme dalam Teori Realisme siapa memiliki power yang kuat dia akan bertahan ( Survival ) dan dapat membantu dirinya sendiri ( Help Self ) dalam menghadapi dinamika internasional.
                        Menurut perspektif realisme  memandang dunia adalah anarkis untuk itu setiap negara atau aktor politik internasional harus memiliki power untuk bisa bertahan dan bisa menolong dirinya sendiri dalam menghadapi dunia globalisasi.[1]
Power yang dimiliki oleh suatu negara itu bisa bernuansa soft power (kekuatan ekonomi ) atau hard power ( kekuatan militer ).
Untuk itu dalam dunia yang anarkis setiap negara tidak  boleh percaya pada negara lain atau organisasi internasional, tapi  harus mencari cara sendiri , terutama  meningkatkan kekuatan militernya.[2] Struktur internasional tidak mengizinkan adanya persahabatan, kepercayaan,  dan kehormatan, yang adanya hanyalah kondisi abadi  ketidakpastian karena adanya pemerintahan global.
                        Seperti halnya kita bercermin dari bangsa kita sendiri, pada era orde lama dibawah pemerintahan Soekarno kita dikenal dengan sebutan Macan Asia hal itu terbukti bahwa pada era Soekarno kita memiliki power yang cukup kuat sehingga kita disegani negara lain. Terutama negara-negara tetangga seperti Malaysia, Philipina,Australia, Singapura tetapi setelah runtuhnya rezim Soekarno kita masih memiliki power yang cukup. Tetapi setelah era Reformasi negara ini adalah negara yang powerless sehingga dengan mudahnay negara lain mengintervensi bahkan mengeksploitasi sumber daya alam dan budaya kita.
                        Pada era pemerintahan SBY misalnya dengan ketegasan dan pidatonya yang manis dalam kampanye menimbulkan harapan pada masyarakat ,tetapi waktu terus bergulir harapan tersebut berganti menjadi keraguan[3].
Kegagalan dalam menuntaskan kasus korupsi tidak dan tidak akan pernah selesai. Pidato terus menerus janji terus terucap tetapi sayang itu hanya sebuah pernyatan fiktif ( utopis ) hal itu merupakan contoh bahwa pemimpin tak punya power yang cukup untuk berani bertindak tegas tanpa keraguan.
                        Indonesia adalah MACAN yang telah berubah menjadi KUCING.
Kehilangan timor leste, kehilangan sipadan dan ligitan yang diambil Malaysia merupakan contoh kegagalan aktor dalam melakukan politik internasional.
Pemancungan TKI,Pemerkosaan TKW tidak ada tindakan tegas dari pihak negara Indonesia kenapa ??? karena kita tak memiliki “power” yang cukup untuk melawan.
                        Pasca perang dunia II dunia terbagi dalam 3 segmen negara kaya, dan negara menegah, dan negara miskin. Sebagian besar negara dunia ketiga adalah negara miskin yang masih dililit utang dan  kemiskinan dan ketimpangan pendapatan[4].
Seperti kita ketahui juga bahwa power yang kita miliki  baik softpower maupun hardpower karena kita dihadapkan dengan situasi internasional yang kian bersaing baik pada tingkat makro maupun pada tingkat mikro,[5] dalam tingkat global.
                            Tindakan negara-negara karena itu didorong oleh keinginan untuk survive dari ancaman keamanan yang terus menerus. Karena tiap negara mengejar keamanan dengan meningkatkan  kekuatan militernya, maka politik luar negeripun diorientasikan untuk pertahanan keamanan, karena tiap tiap negara dihadapkan dengan security dilemma yang tiada habisnya.[6]
Dari sini kemudian kita mengenal konsep power yang merupakan kekuatan nasional yang harus selalu dikejar oleh setiap negara. Walaupun sering membingunkan karena begitu luas dan bermacam macam  maknanya,power tetap  menjadi ukuran bagi para realis.
                     Untuk itu jangan kita berpikir bahwa bangsa ini dapat menjadi suatu negara yang dominan dan mampu mengontrol negara lain tanpa power yang dimiliki apalagi negara kita saat ini banyak mengalami masalah internal untuk itu dalam perspektif penulis adalah suatu hal yang imposibel, jika kita memiliki pengaruh dalam tingkat global tanpa power yang memadai.
                      karena problem dalam negeri saja tidak kunjung selesai apalagi mengontrol negara lain dalam tingkat regional, dengan Malaysia saja kita chaos.
Banyak contoh yang kita bisa ambil dalam menjelaskan keberhasilan suatu negara dengan power yang dimilikinya dan negara yang lose karena powerless. Misalnya dalam perang dingin antara Unisoviet dengan Amerika Serikat dalam sejarahanya  mereka tidak saling perang secara langung tetapi memalui proxi war ( perang melalui perwakilan ) dimana kedua negara tersebut sama-sama memiliki power yang cukup tetapi dengan power politik yang dimainkan Amerika lebih lihai maka Unisovietnyapun runtuh berkeping keping menjadi beberapa negara dan negara Amerika menjadi negara Super power pasca perang dingin ( Cold War  1947-1991 ).[7]
                     Tetapi perlu kita ketahui juga bahwa power itu sifatnya relatif dan selalu berubah karena selalu mengikuti perkembangan zaman dan komparatisasi pertumbuhan ekonomi negara negaa di dunia.[8]
Dalam perspektif KJ.Holsti negara sebagai aktor dalam hubungan internasional memiliki tujuaan-tujuaan,aspirasi,kebutuhan sikap,pilihan dan tindakan politik luar negeri ynag dipengaruhi atau terbentuk oleh struktur kekuatan  dan distribusi kekuasaan dalam politik internasional.
Kita ambil contoh ; aktor politik internasional yang gagal adalah inggris dalam menjaga BOP pada tahun 1914 perang dunia pertama inggris sebagai negara yang memiliki power sehingga ia mampu mengontrol pergerakan ekspansionisme dari prancis dengan  mendirikan BOP ( balance of Power )  dengan tujuaan agar tidak ada kekuatan yang lebih dominan dan dieropa pada waktu itu sehingga tidak melakukan gerakan ekspansionisme dengan sewenang-wenang.
                     Tetapi akhirnya BOP runtuhnya juga karena pada hakekatnya tak ada power yang bersifat absolut tetapi selalu berubah mengikuti perkembangan arus globalisasi dan dinamika internasional.
Contoh kasus power itu bersifat relatif :
a.       Dalam catatan sejarah, negara yang mampunyai hegemoni adalah portugal pada tahun 1494 sampai 1580 ( akhir perang Italia sampai invansi Spanyol ke Portugal ). Kekuatan portugal  dilandasi pada kekuatan lautnya yang saat itu juga disaingi oleh Spanyol.
b.      Belanda dari tahun 1580 sampai 1688 ( bermula dari perjanjian Utrecht 1579 yang menandai berdirinya Republik Belanda sampai kedatangan William Orange di Inggris ). Hegemoni Belanda didasarkan pada kontrol terhadap kredit dan uang. Pesaing Belanda dan kandidat hegemon saat itu adalah Inggris pada tahun 1688 – 1792 ( semasa Napoleon seperti penulis jelaskan sebelumnya).[9]
Dalam perspektif Robert Jackson, dunia ketiga mengandalkan apa yang disebut sebagai kedaulatan negative di mana kedaulatan bukan terutama lahir karena kemampuan negara mengendalikan keamanan dalam negeri, tetapi lebih karena jaminan hukum internasional.[10]
                     Negara – negara dunia ketiga hidup dalam pengalaman sejarah, konteks dan situasi yang berbeda. Mereka pun mungkin memiliki aspirasi yang berbeda. Negara –negara asal perspektif realis dibarat pun terus mengalami perubahan.
Kedaulatan mengalami redefinisi karena keperluan lintas negara dan saling ketergantungan ( Simbiosis Mutualisme ) yang kian besar.
Seperti yang kita ketahui bahwa pada era 1914-1918 PD I dan 1939-1945 PD II serta 1947-1991 Cold War implementasi power bersifat Hard Power dalam hal itu kekuatan militer yang sangat menonjol tetapi era sekarang ini terjadi pergeseran dari Hardpower menjadi softpower ( ekonomi dan diplomasi dll ), tetapi bukan berartih Hardpower ditiadakan atau tidak berpengaruh karena dalam perspektif penulis bahwa implementasi Softpower saat ini yang dilakukan oleh negera negera maju seperti Amerika hanya sebuah kamuflase dan adjusment dengan mengikuti dinamika internasional karena pada hakekatnya hampir semua negara meningkatkan kekuatan militernya untuk apa ??? sebagai salah satu faktor pendukung tercapainya kepentingan nasional suatu negara. ( Teori Jhon Foster Dulls ).
                     Karena pada era Globalisasi perang pasar sangat kuat. Para ilmuwan politik  melihat bahwa peran pasar semakin mengemuka sebagai struktur sosial  yang utama dalam kehidupan manusia di era ini karen ala setiap sejarah manusia memunculkan pola bagaimana manusia memenuhi kebutuhan untuk bisa bertahan hidup.
Hal itu berlaku pula pada era sekarang ini karena siklus kehidupan manusia terus berputar kebutuhan dan keinginanpun hili berganti cara cara yang diterapkannyapun kian berwarna dari diplomasi sampai perang dari ekonomi sampai genjatan senjata itulah kehidupan manusia.
Suatu konsep Falibilisme menjelaskan bahwa “ di dunia ini atau dimanapun tak ada yang baik, kecuali kemauan baik” artihnya tidak ada hal yang dilakukan suatu negara tanpa mengharapkan keuntungan kecuali negara tersebut memiliki kemaun untuk berbuat baik tetapi pada era sekarang ini hal tersebut merupakan suatu hal yang imposibel ( Fiktif ).
                     Selain negara sebagai aktor hubungan internbasional MNC juga merupakan aktor hubungan internasional yang memiliki peran besar dalam dinamika internasional dan juga meruapakan aktor yang bisa dikatakan berhasil karena power yang dimilikinnya. Perusahan multinasional itu sendiri didefinisikan sebagai suatu perusahan yang menghaslkan barang dan melayani pasar lebih dari satu negara. Perusahan Multinasional memiliki cabang – cabang luar negeri meskipun masih mempetahankan  home basenya dinegara asalnya.
Aktivitas – aktivitas yang dijalankan oleh perusahan – perusahan multinasional mempunyai dampak yang luas hampir semua kehidupan manusia. Dibidang ekonomi, keberadaam MNC beserta investasi yang mereka lakukan menjaid harapan banyak negara, baik miskin maupun kaya.
                     Investasi yang mereka tanamkan sangat diharapkan  untuk melakukan pembangunan dan memacu pertumbuhan ekonomi, menyediakan lapangan kerja, dan dengan demikian meningkatkan taraf hidup.[11]
Faktor lain yang tidak kalah penting adalah keuntungan yang dijanjikan oleh pasar-pasar di luar negeri karena semakin terbukanya pasar Global ( Global Market ).
Terbukanyam pasar pasar global ini juga di dorong juga oleh pertumbuhan ekonomi yang tinggi d era “the golden growth “ yang berlangsung  selama beberapa tahun antara 1950 – hingga 1960 an. Steiner mencatat bahwa pertumbuhan produk nasional kotor ( Gross national Product / GNP ) dunia yang berlangsung secara eksploratif, khususnya negara negara industri maju, telah semakin membuka pasar.

Tabel Teori Dalam Realisme
Teori atau
Sub-mazhad
Teoritisi utama
Apa yang
dijelaskan
Skup Teori

Realisme Ofensif

Mearsheimer

Ekspansionisme/
Perang
Keamana adalah
Langka;menyerang
Bertahan tidak dapat dibedahkan antara
Teknologi & geografi sebagai pendukung Penyerangan
Realisme Defensif
Jervis,Glaser

Over – Ekspansionisme,
Kerjasama
Keamanan tidak sulit; menyerang dan bertahan bisa dibedakan,teknologi & geografi mendukung untuk bertahan
Balance of Power
Waltz
Aliansi,peningkatan
Kekuatan militer,
Persaingan militer
Satu kekuatan besar
Potensial yang muncul menjadi kekuatan hegemoni.
Balance of Threat

Waltz



Aliansi,peningkatan kekuatan militer, persaingan militer


Satu kekuatan besar potensial yang muncul menjadi kekuatan hegemoni. Lokasi geografis,postur militer dan keseluruhan perilakunya melahirkan persepsi ancaman
Penyeimbang
Lunak ( soft balancing )

Pape
Tindakan membatasi secara halus untuk melawan kekuatan unipolar
Satu kekuatan besar yang terlalu kuat untuk diseimbangkan,unipolaritas

Stabilitas Hegemoni
Gilpin


Kerjasama;pembentukan
Institusi
Dan norma;order
Satu kekuatan besar
Dominan dalam sistem
Atau kawasan
Transisi Kekuatan
Organski,Gilpin

Perang

Kemampuan kekuatan penantang
Meningkat,hampir sama
Dengan hegemon.




Realisme adalah perspektif yang masih dominan dalam menjelaskan  PLN suatu negara. Walaupun banyak orang mengatakan bahwa  dominasi realisme semakin memudar karena makin banyak aktor dalam HI yang tidak hanya state seperti asumsi realis.
HI ditandai dengan  berbagai interaksi yang tidak hanya terbatas  pada konflik dan persaingan kekuatan[12].
Konklusi :
bahwa power pada era sekarang ini masih sangat berpengaruh dalam memainkan politik luar negeri maupun politik internasional baik pada level regional, maupun pada level dunia, untuk itu seperti penulis jelaskan sebelumnya bahwa siapa mempunyai power dia yang menang, dia yang bisa bertahan dengan berbagai dinamika internasional yang diwarnai persaingan kekuaatan baik softpower maupun hardpower.
Untuk itu semua negara secara indirect berlombah – lombah meningkatkan kekuatan baik ekonomi maupun militer dengan tujuaan agar bisa survive dalam menghadapi era Globalisasi yang penuh dengan persaingan baik pada tingkat regional maupun pada tingkat dunia.
Contohnya : persaingan antara USA vs CHINA dalam bidang ekonomi dan juga militer saat ini China semakin meningkatkan anggaran untuk kekuatan militernya,hal ini didukung oleh kekuatan ekonomi yang tinggi. Sehingga Amerika dengan berbagai usaha untuk tetap mempertahankan Status quo sebagai negara Super power yang mampu mengontrol dinamika internasional.








[1] Abubakar.Eby Hara, Analisi Politik Luar Negeri (Bandung :Nuansa, 2011),hal 36

[2] Ibid
[3] Denny,J.A “Membaca Isu Politik “ (Jakarta:CV Miswar,1991) hal.3
[4] Budi.Winarno” Pertarungan Negara vs Pasar” (Jakarta:Medpress,2009) hal.2
Negara dunia ketiga atau negara selatan merupakan negara yang tergolong miskin sehingga pada era pasca perang dunia II muncullah yang  namanya dependensi, dan interdepensi dimana negara kaya-kaya hanya mengeksplotasi negara miskin.
[5] Ngudi Astuty, “Ekonomi politik” Jakarta,2010,hal.2
Yang dimaksud dengan persaingan dalam tingkat makro maupun mikro yang saya kutip dari artikel Ngudi Astuty”Ekonomi Politik”hal 2 adalah untuk memahami hubungan kausalitas dintara negara negara yang melakukan kerjasama dengan meminimize dampak dampak yang akan terjadi khususnya dalam bidang ekonomi dan politik ( negara dan pasar ).
[6] Op.Cit hal.38
[7] Adipedia,”Sejarah terjadinya perang dingin Amerika vs Unisoviet”{diakses di www.google.com, tanggal 16 nov 2012 }

[8] Abubakar.Eby Hara, Analisi Politik Luar Negeri (Bandung :Nuansa, 2011),hal.38

[9] Abubakar.Eby Hara, Analisi Politik Luar Negeri (Bandung :Nuansa, 2011),hal.48
[10] Ibid.hal .52
[11] Budi.Winarno” Pertarungan Negara vs Pasar” (Jakarta:Medpress,2009) hal.99
[12] Abubakar.Eby Hara, Analisi Politik Luar Negeri (Bandung :Nuansa, 2011),hal.54
Perspektif realis tidak hanya berfokus pada konflik dan persaingan kekuatan militer tetapi seluruh interaksi yang berkaitan dengan power dalam ruang lingkup internasional.(prinsip pendekatan saintifik )


1 komentar: